Senin, 25 Februari 2013

PAMERAN KERAMIK INDONESIA


PAMERAN KERAMIK INDONESIA 2013
Abstrak
Tradisi pembuatan keramik di Indonesia menyebar di beberapa wilayah Nusantara. Masing-masing daerah menghadirkan bentuk dan karakter lokal daerah asalnya.  Karakter itu muncul  dari sifat bahan, peralatan, dan ketrampilan pembuatnya. Demikian juga kondisi lingkungan alam dan  pola kehidupan masyarakat membentuk ciri pola garap keramik tradisional itu. Bahan utama lempung berjenis earthenware berwarna kemerahan banyak ditemukan,  lempung  bersuhu kurang dari 1000C ini memiliki kemudahan dalam pengolahan, pembentukan, dan pembakaran  dengan teknologi sederhana. Pengolahan lempung dengan diinjak-injak, pembetukan dengan teknologi tatap-tumbuk, leletan, dan putar kaki, serta pembakaran yang hanya memanfaatkan kayu, ranting, dan daunan kering dapat dilakukan oleh masyarakat pedesaan dengan cara-cara yang sederhana pula. Meskipun pola pembuatan keramik hampir sama, namun setiap wilayah memiliki perbedaan tersendiri ditilik dari jenis lempung yang digunakan dan sentuhan pengerjaannya. Umumnya produk yang dihasilkan diawali dengan produk peralatan dapur, lambat laun berfungsi sebagai benda hias. Produk lama berbasis fungsional, seiring perkembangan zaman produk non fungsional juga dibuat sesuai dengan perkembangan zaman.
Pada dasarnya jenis material yang digunakan dapat dibedakan menjadi dua bagian, pertama sentra industri gerabah/tembikar berbahan earthenware dengan suhu bakar tidak lebih dari 1000 C, berjenis  terracotta, dan berteknologi sederhana. Kedua, kelompok pembuat keramik berbahan lempung stoneware (lempung putih) yakni jenis tanah beruhu 1200C. Kelompok earthenware diantaranya sentra Pleret Jawa Barat, sentra Subang, sentra Kelampok, sentra Kasongan, sentra Pagerjurang, sentra Kapal Bali, sentra Banyumulek, Masbagik, dan Penujak Nusa Tenggara Barat. Sentra Stoneware diantaranya Kiara Condong Bandug, Dinoyo Malang, Pajaten Bali, dan  Singkawang Kalimantan Barat. Meskipun ada jenis tanah porselin , namun jenis lempung bersuhu bakar mencapai 1350C dan berwarna putih bersih ini jarang digunakan pada sentra keramik Indonesia.
Pertumbuhan dan perubahan keramik  setiap daerah secara natural menyesuaikan dengan gerak perubahahan zaman.  Sehingga setiap daerah memiliki pola perubahan masing-masing sesuai dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Interaksi di dalam maupun pengaruh dari luar membentuk kreativitas baru dalam upaya tumbuh dan berkembang itu. Upaya kreativitas itu juga menjadi ciri khas penting yang menpengarahi wilayah sentra keramik mampu berkembang menyesuaikan dengan tuntutan faktor internal atau tidak.  Peran strategis dari berbagai  stick holder menjadi penting guna membuat semakin tumbuh.   Meskiun pertumbuhan dan perubahan setiap daerah memiliki perbedaan, namun sentra-sentra keramik itu mampu  memberikan perubahan ekonomi masyarakat pendukungnya. Hamparan kantong-kantong sentra keramik yang ada di Indonesia membentuk sebuah oasis home industry yang tumbuh dan berkembang sebagai bagian ekonomi kreatif.  
Gerak perubahan itu umunya diawali dengan potensi keberadaan keramik tradisi yang ada disebuah wilayah. Pada umumnya masyarakatnya melakukan pembuatan keramik sejak lama, sehingga kapan dan siapa yang memulai pembuatan keramik tradisi itupun banyak yang tidak mengetahuinya. Mungkin masyarakat Pleret Purwakarta Jawa Barat banyak yang lupa kapan mulai melalukan pekerjaan membuat keramik, yang mereka tahu  sejak nenek moyang mereka sehingga warisan itu telah menjadi bagian hidupnya, demikian pula masyarakat Kasongan Yogyakarta telah melakukan olah membuat keramik  sejak  zaman Diponegara atau dimungkinkan masa sebelumnya.  Banyumulek Nusa Tenggara, Singkawang Kalimantan, Kelampok Banjar Negara, tentu mereka juga memiliki cerita sendiri dalam menjalani gerak perubahan  pasang surut dalam menggeluti keramik. Pasang surut menjadi dinamika tersendiri sebagai perbaikan atas kekurang-kekurangan dan  dasar gerak perubahan  keberlanjutannya.
Tampaknya pertumbuhan keramik sangat ditentukan oleh kreativitas dari  dalam dan dari luar. Peran orang kreatif dalam memberi pengaruh perubahan keramik menjadi penting , terutama dari para seniman, desainer, pekriya keramik, budayawan, bahkan pedagang keramik, sebab diperlukan kreativitas untuk mengembangkan yang menyesuaikan dengan kecenderungan keinginan zaman. Demikian pula dari dalam terutama para pengrajin yang kreatif diperlukan keterbukaan dalam menerima perubahan-perubahan itu. Saling mempengaruhi ini sebagai bagian upaya perbaikan itu seperti perubahan desain, sistem produksi, maupun distribusi keramiknya. Seniman keramik memiliki pandangan kreativitas yang luas dalam mencipta karya-karya kreatif, terutama berbasis bahan dan keteknikan tradisi keramik Indonesia, ini pula yang memberi bernuansa beda pada masing-masing wilayah. Sebab, olah kreativitas masing-masing seniman keramikpun berbeda pula, ketika latar belakang dan konsep kreatitifnya berbeda. Dengan demikian para seniman ini ikut andil dalam memberi roh artistik pada produk keramik  dalam wilayah tertentu.
Pameran Keramik Indosesia 2013 dapat menjadi ajang konsep berkesenian dari para keramikus berinspirasi produk keramik tradisi Indonesia. Eksplorasi bentuk dan penyajian tidak harus lepas dari dasar-dasar konsep bentuk yang ada, namun dapat dimodivikasi sebagai bagian eksplorasi artistik yang dihadirkan dalam ruang yang berkonsep dan memenuhi standar kesenirupaan. Diharapkan konsep pengorganisasian rupa dari elemen produk keramik tradisi itu dapat menyajikan pula gerak perubahan dan perkembangan sentra keramik sampai saat ini. Untuk itu, setiap keramikus merepresentasikan daerah masing-masing sebagai lahan eksplorasinya. Konsep inilah dasar dari Pameran Keramik Indonesia ini. Maka disampaikan seniman yang dapat dipertimbangkan sebagai peserta,