Jumat, 21 Juni 2013

PERAN PERGURUAN TINGGI SENI DALAM KEISTIMEWAAN YOGYAKARTA Tolkshow Jogja TV Sabtu 22 Juni 2013 jam 17.00-18.00 wib



PERAN PERGURUAN TINGGI SENI
DALAM KEISTIMEWAAN YOGYAKARTA
Tolkshow Jogja TV Sabtu 22 Juni 2013 jam 17.00-18.00 wib

Nara Sumber:
1.                  Prof. Dr. Djohan, M.Si.
(Direktur Pascasarjana ISI Yogyakarta)
2.                  Dr. Timbul Raharjo, M. Hum.
(Ketua Program Studi Magister Tata Kelola Seni ISI Yogyakarta)

            Perguruan tinggi seni di Yogyakarta memegang peran yang signifikan dalam memberi arah perkembangan dan perubahan kreativitas dalam seni. ISI Yogyakarta adalah salah satu perguruan tinggi seni tertua di Indonesia, telah banyak mendidik orang-orang kreatif  yang menyebar di seluruh Indonesia memberi pengaruh terhadap perkembangan seni pada masing-masing daera itu. Terdiri dari seni pertunjukan (tari, musik,dan  teater), seni rupa (lukis, patung, desain, dan kriya), seni media rekam (televisi, fotografi, animasi, dll). Para seniman dan penggiat seni lainnya telah menyebar ke seluruh Indonesia, bahkan sampai manca Negara, mereka exist dengan kreativitas seninya. Implikasi yang nyata terlihat disentralisasi seni budaya yang menyebar diseluruh wilayah Yogyakarta. Mereka dengan senang mengekspresikan seni budaya itu pada masing-masing komonitas dan umumnya dipastikan pada setiap komonitas itu terdapat mahasiswa atau lulusan ISI Yogyakarta baik sebagai pelatih maupun pemiliknya. Hal ini adalah puncak-puncak seni budaya sebagai penanda kuat atas keistimewaan Yogyakarta itu.
            Keistimewaan Yogyakarta sering diidentikkan dengan seni budaya, bahkan budaya adiluhung, sehingga julukan istimewa adalah ciri khas menyatunya seni budaya dalam masyarakat. Seni keraton dan seni rakyat tampaknya telah sama-sama memiliki peran mendukung keistimewaan itu. Pertumbuhannya menjadi lebih liar dan sporadik meskipun daya cipta  berseninya lahir dari sanubari mereka mengakar pada kantong-kantong seni hampir menyeluruh di Yoyakarta. Tumbuh subur itu tidak dibarengi dengan tata kelola seni yang baik sebagai strategi pengembangan seni budya, sehingga sering terjadi tumpang tindih dalam pelaksanaanya, maka peran perguruan tinggi dalam memberi metode tata kelola seni sangat diperlukan dalam hal ini.
            Sejak tahun 2000-an tuntutan akan jenjang pendidikan tinggi seni itu semakin tinggi, maka dibukanya Program Pascasarjana ISI Yogyakarta tampaknya menjadi kesempatan yang baik guna memenuhi tingkat pemahaman seni, maka program S2 dan S3 Penciptaan dan Pengkajian diselenggrakan sebagai upaya peningkatannya. Hal ini telah berdampak pada pengembangan penciptaan yang makin kreatif dan digelar diberbagai event seni budaya. Tahun 2011 dibuka Program Studi Tata Kelola Seni, ini adalah satu-satunya program studi manajmen seni yang ada di Indonesia, mendidik para manajerial dalam penyelenggarakan kesenian agar memiliki menejemen yang baik sebagai pendorong perkembangan seni budaya di Yogyakarta. Peran pendidikan seni ini tentu menjadi langkah utama dalam membentuk pola pengembangan dan perubahan kreativitas berkesenian sebagai tumpukan-tumpukan aktivitas yang member ciri keistimewaan Yogyakarta.

Kemungkinan Pertanyaan:
1.      Bagaimana peran perguruan tinggi, terutama Pascasarjana ISI dalam mendukung keistimewaan Yogyakarta itu?
2.      Bagaimana bentuk kreativitas mahasiswa Pascasarjana dapat menginpirasi masyarakat dalam meningkat rasa berseni pada kelompok kesenian mereka?
3.      Sistem pendidikan  yang khas seperti apa untuk melahirkan mahasiswa yang kreatif itu?
4.      Bentuk-bentuk seni yang bagaimana dalam mendukung keistimewaan itu?
5.      Bagaimana sumber inspirasi karya-karya yang dihasikan berdampak negative atau bahkan sebaliknya dapat dipakai sebagai tameng pengaruh negative budaya global.
6.      Bagaimana peran stakeholder terutama kebijakan dalam perguruan tinggi menyesuaikan dengan gerak pertumbuhan seni-seni yang berkembang di masyarakat.
7.      Bagaimana bentuk kerjasama dengan pemerintah daerah Istimewa Yogyakarta dalam pengembangan dan kebijakan strategi pengelolaan seni di Yogyakarta
8.      Bagaimana seyogianya kesenian ini dapat maksimal memdukung keistimewaan Yogyakarta itu
9.      Apakah program Magister Tata Kelola seni itu? Dan apakah Program Magister Tata Kelola Seni  akan mampu memberikan sistem pengaturan seni dan pengembangan seni dalam bidang yang lebih luas misal membentuk intrepreneur seni yang tangguh.
10.  Bagaimana posisioning Program Pascasarjana ISI Yogyakarta itu jika dikomparasikan dengan perguruan tinggi yang juga  memiliki program pendidikan seni ?

Jumat, 14 Juni 2013

Pengembangan One Valage One Product (OVOP) sentra Industri Seni Kerajinan Gerabah Kasongan



Pengembangan One Valage One Product (OVOP) sentra Industri Seni Kerajinan Gerabah Kasongan

1. Abstrak
            Ovop adalah metode berbentuk program pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang dikembangkan di Jepang yang kemudian diadopsi oleh pemerintah Indonesia. Diterapkan diseluruh Indonesia termasuk di sentra indusatri gerabah Kasongan. Pembuatan desain yang kreatif untuk menunjang Ovop dengan mengembangkan desain seni kolase kaca pada gerabah, material design craft cemen (DCC) sebagai bahan produk seni kerajinan yang ringan, dan lain sebagainyanya. Hal ini untuk meningkatkan ekspor produk kerajinan dari Yogyakarta. Dengan metode menciptakan prototype, memberi contoh produk, dan mengajak membuat desain baru yang diterima pasar maka masyarakat Kasongan dapat memyesuaikannya. Partisipasi penulis sebagai prestasi dan telah mampu memenangkan penghargaan OVOP dari pemerintah Jepang yang dianggap berperan dalam pengembangan OVOP secara intensif di Yogyakarta.

2. Latar Belakang
a.       Pengembangan UKM menjadi hal penting bagi pemerintah sebagai bagian ekonomi kerakyatan
b.      Pengembangannya masih bersifat tumpang tindih dan belum terjadi satu kesatuan, terutama produk yang dihasilkan dalam satu wilayah.
c.       Diperlukan semangat ketokohan guna memberi contoh desain dan bagaimana memahami desain sebagai bagian penting untuk meraih ekspor.

3.      Merode Pencapaian Unggulan
a.      Eksplorasi desain baru
Eksplorasi desain dengan mempelajari (1) trend warna (2) trend bentuk, (3) trend karakter. Diendapkan sebagai dasar perenungan dalam pertimbangan hati, sekiranya apa yang dapat dipetik untuk dimanfaatkan mencipta desain baru. Kemudian dituangkan dalam sketsa alternative yang dipakai sebagai dasar pencarian bentuk yang sesuai dengan yang dikehendaki. Setelah mendapatkan bentuk yang sesuai baru dilakukan pembuatan prototype,  ada beberapa yang dibuat prototype agar didapat kepastian bentuk yang akan diterjunkan untuk direproduksi.

b.      Peran serta dalam masyarakat
Setelah prototype didapat selanjutnya mengajak masyarakat untuk ikut bereran aktif dalam penciptaakn desain baru. Pengrajin umumnya tidak sadar bahwa mereka memiliki tingkat kreatifitas masing-masing jika digali dan tahu cara mencipta desain baru. Peran para pengrajin ini secara keseluruhan mampu meningkatkan desain-desain baru yang muncul di masyarakat pengrajin keramik Kasongan. Oleh karenanya para pengrajin saat ini sebagian besar mampu mencipta produk-produk yang sesuai dengan apa yang laku dipasaran ekspor.


c.       Pelatihan dan pembinaan
Dalam masyarakat Kasongan system pelatihan bersama dalam menciptakan desain menjadi hal yang penting untuk meningkatkan ketrampilan menciptakan desain. Pelatiahan dilakukan dalam sebuah paguyuban pengrajin gerabah Kasongan. Pelatihan juga berfungsi sebagai bagian sosialisasi berbagai hal dalam pengembangan OVOP itu, sehingga kesepakatan tentang berbagai pembinaan dapat diarahkan agar tidak tumpang tindih.
4.      Prestasi Unggulan
a.       Telah mampu meningkatkan ekspor hasil produk kreatif masyarakata Kasongan dalam saat krisis global sedang menlanda kegiatan ekspor dari Kasongan Bantul Yogyakarta.
b.      Meningkat dari 150.000 USD per bulan menjadi 325.000 USD ekspor ke manca Negara khusunya Eropa, Australia dan Korea.
c.       Menjadi salah satu percontohan yang dipilih sebagai model pengembangan OVOP di Indonesia.
5.      Kemanfaatan
a.       Sebagai bagian industry kreatif pengelolaan dengan system OVOP member kemudahan dalam pengaturan kerja dari masing-masing UKM pada masyarakat untuk saling mengisi. Sehingga terjadi peningkatan ekonomi mereka.
b.      Meningkatkan ekspor non migas, dan berefek meningkatkan pendapat Negara.
6.      Disiminasi
a.       Pelaksanaan disiminasi dalam wilayah Kasongan dilakukan berkala terutama pada para pengrajin yang berumur muda, atau para calon penerus kegiatan bisnis seni kerajinan gerabah itu.
b.      Beberapa pengrajin di sentra Tumang Cepogo, Bambu Tasik Malaya, Batik Pekalongan, dan lain sebagainya, mereka belajar dan dikenalkan sisitem ini dengan mengajak penulis untuk berbagi cara mulai dadi pemahaman desain sampai pada cara pemasaran dan kerja antra kelompok.
7.      Pengakukan dari Pihak Terkait
a.       Pemerintah Jepang dengan penulis mendapatkan OVOP Award 2011 di Vietnam
a.       Departemen Perindustrian Republik Indonesia
b.      Masyarakat Kasongan dan Yogyakarta (Koperasi Usaha Bersama, Kop. Setya Bawana, Asmndo Konda Yogyakarta, Kadin Yogyakarta)