PAMERAN
KERAMIK INDONESIA 2013
Abstrak
Tradisi pembuatan keramik di Indonesia menyebar di beberapa
wilayah Nusantara. Masing-masing daerah menghadirkan bentuk dan
karakter lokal daerah asalnya.
Karakter itu muncul dari sifat
bahan, peralatan, dan ketrampilan pembuatnya. Demikian juga kondisi
lingkungan alam dan pola kehidupan
masyarakat membentuk ciri pola garap keramik tradisional itu. Bahan utama lempung berjenis earthenware berwarna kemerahan banyak ditemukan,
lempung bersuhu kurang dari 1000⁰C ini
memiliki kemudahan dalam pengolahan, pembentukan, dan pembakaran dengan teknologi
sederhana. Pengolahan lempung dengan diinjak-injak, pembetukan dengan teknologi
tatap-tumbuk, leletan, dan putar kaki, serta pembakaran yang hanya memanfaatkan kayu,
ranting, dan daunan kering dapat dilakukan oleh masyarakat pedesaan dengan
cara-cara yang sederhana pula. Meskipun
pola pembuatan keramik hampir sama, namun setiap
wilayah memiliki perbedaan tersendiri ditilik
dari jenis lempung yang digunakan dan
sentuhan pengerjaannya. Umumnya produk yang dihasilkan diawali dengan produk
peralatan dapur, lambat laun berfungsi sebagai benda hias. Produk
lama berbasis fungsional, seiring perkembangan zaman produk non fungsional juga dibuat sesuai
dengan perkembangan zaman.
Pada dasarnya jenis material yang
digunakan
dapat dibedakan menjadi dua bagian,
pertama sentra industri
gerabah/tembikar berbahan earthenware dengan suhu
bakar tidak lebih dari 1000 ⁰C, berjenis terracotta, dan berteknologi sederhana. Kedua,
kelompok pembuat keramik berbahan lempung stoneware
(lempung putih) yakni jenis tanah beruhu 1200⁰C.
Kelompok earthenware diantaranya
sentra Pleret Jawa Barat, sentra Subang, sentra Kelampok, sentra Kasongan,
sentra Pagerjurang, sentra Kapal Bali, sentra Banyumulek, Masbagik, dan Penujak
Nusa Tenggara Barat. Sentra Stoneware diantaranya Kiara Condong Bandug, Dinoyo
Malang, Pajaten Bali, dan Singkawang
Kalimantan Barat. Meskipun ada
jenis tanah porselin , namun jenis
lempung bersuhu bakar mencapai 1350⁰C
dan berwarna putih bersih ini jarang digunakan pada sentra keramik
Indonesia.
Pertumbuhan
dan perubahan keramik setiap daerah secara natural menyesuaikan
dengan gerak perubahahan zaman. Sehingga
setiap daerah memiliki pola perubahan masing-masing sesuai dengan faktor-faktor
yang mempengaruhinya. Interaksi di dalam maupun pengaruh dari luar membentuk
kreativitas baru dalam upaya tumbuh dan berkembang itu. Upaya kreativitas itu juga
menjadi ciri khas penting yang menpengarahi
wilayah sentra keramik mampu berkembang menyesuaikan
dengan tuntutan faktor internal atau tidak. Peran strategis dari berbagai stick
holder menjadi penting guna membuat semakin tumbuh. Meskiun
pertumbuhan dan perubahan setiap daerah memiliki perbedaan, namun
sentra-sentra keramik itu mampu memberikan perubahan ekonomi masyarakat
pendukungnya. Hamparan kantong-kantong sentra keramik yang ada di Indonesia membentuk
sebuah oasis home industry yang
tumbuh dan berkembang sebagai bagian ekonomi kreatif.
Gerak
perubahan itu umunya diawali dengan potensi keberadaan keramik tradisi yang ada
disebuah wilayah. Pada umumnya masyarakatnya melakukan pembuatan keramik
sejak lama, sehingga kapan dan siapa yang memulai pembuatan keramik tradisi
itupun banyak yang tidak mengetahuinya. Mungkin masyarakat
Pleret Purwakarta Jawa Barat banyak yang lupa kapan mulai melalukan pekerjaan
membuat keramik, yang mereka tahu sejak
nenek moyang mereka sehingga warisan itu telah menjadi bagian hidupnya, demikian pula masyarakat Kasongan Yogyakarta telah melakukan olah
membuat keramik sejak zaman Diponegara atau
dimungkinkan masa sebelumnya. Banyumulek
Nusa Tenggara, Singkawang Kalimantan, Kelampok Banjar Negara, tentu mereka juga
memiliki cerita sendiri dalam menjalani gerak perubahan pasang surut dalam menggeluti keramik. Pasang
surut menjadi dinamika tersendiri sebagai perbaikan atas
kekurang-kekurangan dan dasar gerak
perubahan keberlanjutannya.
Tampaknya
pertumbuhan keramik sangat ditentukan oleh kreativitas dari dalam dan dari
luar. Peran orang kreatif dalam memberi pengaruh perubahan
keramik menjadi penting , terutama dari para seniman, desainer, pekriya keramik,
budayawan, bahkan pedagang keramik, sebab diperlukan kreativitas untuk mengembangkan
yang menyesuaikan dengan kecenderungan keinginan
zaman. Demikian pula dari dalam terutama para pengrajin yang kreatif diperlukan
keterbukaan dalam menerima perubahan-perubahan itu. Saling mempengaruhi ini
sebagai bagian upaya perbaikan itu seperti perubahan desain, sistem
produksi, maupun distribusi keramiknya. Seniman keramik memiliki pandangan
kreativitas yang luas dalam mencipta karya-karya kreatif, terutama berbasis
bahan dan keteknikan tradisi keramik
Indonesia, ini pula yang memberi bernuansa beda pada masing-masing
wilayah. Sebab, olah kreativitas masing-masing seniman
keramikpun berbeda pula, ketika latar belakang dan konsep kreatitifnya
berbeda. Dengan demikian para seniman ini ikut andil dalam memberi roh artistik
pada produk keramik dalam wilayah
tertentu.
Pameran Keramik Indosesia 2013 dapat menjadi ajang konsep
berkesenian dari para keramikus berinspirasi produk keramik tradisi Indonesia.
Eksplorasi bentuk dan penyajian tidak harus lepas dari dasar-dasar konsep
bentuk yang ada, namun dapat dimodivikasi sebagai bagian eksplorasi artistik yang
dihadirkan dalam ruang yang berkonsep dan memenuhi standar kesenirupaan.
Diharapkan konsep pengorganisasian rupa dari elemen produk keramik tradisi itu
dapat menyajikan pula gerak perubahan dan perkembangan sentra keramik sampai
saat ini. Untuk itu, setiap keramikus merepresentasikan daerah masing-masing
sebagai lahan eksplorasinya. Konsep inilah dasar dari Pameran Keramik Indonesia
ini. Maka disampaikan seniman yang dapat dipertimbangkan sebagai peserta,